Intinya, Hati Ini Masih Milikmu
Ini
bukan perihal siapa yang bersalah. Akan tetapi, siapa yang terluka.
Sesungguhnya, aku menyayangimu di setiap keadaan, mas. Sesuka, dan
sesukar apapun. Aku selalu bahagia saat bersamamu, aku menyukai detak
jantungmu, bahkan aku menyukai segala kebiasaan burukmu. Aku mencintaimu
seutuhnya, aku wanita yang membutuhkanmu sepenuhnya. Semakin lama, semakin
kuat rasa dalam dada. Semakin menderita bila kau jauh di mata. Aku
menikmati setiap jengkal waktu yang Tuhan beri untuk kita. Denganmu aku
merasa nyaman, denganmu aku ingin melewati setiap senja hingga menua.
Tiba-tiba
ada yang mengusik relung di hati. Rasa nyaman, sudah tak seaman dulu.
Akupun tidak percaya pada diriku sendiri. Mengapa ini semua bisa
terjadi? Tidak pernah terpikir bahwa apa yang dulu menjadi cita, saat
ini hanya sebuah cerita. Bagaimana mungkin pria yang dulu sepenuhnya
adalah milikku, kini telah diikat oleh orang tuanya bersama hati yang
lain. Siapa yang sebenarnya terluka? Aku,kamu, orang tua kita, atau hati
yang lain itu?
Selain rasa cinta yang sangat besar,
rasa bersalah yang cukup dalam juga sedang menggerogoti dada. Siapa
sebenarnya hati pilihan orang tuamu itu? Siapa wanita yang mau-maunya
menerima pria yang baru saja menanggalkan kisahnya denganku?Apa dia
tidak pernah tahu tentang kita? Mana mungkin dia tidak mengetahui?
Bukankah kau bilang, orang tuamu melakukan ini hanya untuk meredam kisah
kita yang gagal karena terlanjur mencuat ke permukaan? Apa dia
menerimamu karena terpaksa? Atau, sebenarnya diam-diam dia telah
mengincarmu, untuk merebutmu dari sisiku? Aku mencoba mencari jawaban di
dalam dada, namun tidak ada yang aku temukan kecuali kita. Tidak ada
dia, tidak ada mereka. Hanya kita.
Apa menginginkanmu
saat ini adalah kesalahan? Atau memang keadaan yang memaksa rasa ini
menjadi salah? Apa aku telah mencoba merebutmu dari hati yang lain itu?
Bukankah kau bilang tidak mengenalnya, mas? Bukankah kau bilang,
melakukannya karena terpaksa? Bukankah seutuhnya hatimu adalah milikku?
Jika iya, aku akan mempertahankan kita sampai dimana aku harus menyerah.
Meski
mencintaimu sudah tidak leluasa, tapi cinta dalam dada takkan goyah.
Bukankah kita pernah berjanji? Kita takkan tertanggal, kecuali salah
seorang dari kita mendua. Jangankan keputusan orang tua, bahkan
keputusan Tuhanpun bisa kita ubah dengan doa, bukan? Mungkin Tuhan
menuntut kita untuk tetap bersabar, meski monster yang kita hadapi cukup
besar.
Aku tidak bisa memilih. Meninggalkanmu
yang aku kasihi atau membuatmu lebih lama menyakiti. Ini bukan pilihan,
dan bahkan mencintaimu bukan kesengajaan. Apakah cinta memang begini?
Masih sanggupkah bertahan, meski banyak hati yang tersakiti. Satu alasan
dibalik banyak ulasan, aku mencintaimu sesungguh-sungguhnya, mas.
Baca juga: Kepada Ibu yang Kusemogakan Menjadi Ibuku Juga
Baca juga: Kepada Ibu yang Kusemogakan Menjadi Ibuku Juga
Posting Komentar untuk "Intinya, Hati Ini Masih Milikmu"
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. :)