Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pada Sebuah Maghrib


Halo!

Kembali lagi sebuah Fiksi Mini hadir menemui teman-teman pengunjung setia blog ini. Tentu saja masih dengan tokoh Zuck dan Linn, bukan yang lain. Selamat membaca.

******

Sore semakin habis. Malam mulai menjelang. Zuck dan istrinya sedang menonton TV acara Adzan magrib untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Mas Zuck, Linn mau nanya dong."

"Nanya apa?"

"Teks adzan kalau di layar TV kan Ashadu Anlailahaillah gitu, ya kan Mas ya? Tapi kok pelafalannya jadi Ashadu Alailahailallah gitu sih? Beda..."

Zuck terdiam cukup lama. Lalu nyengir ringan, "Hehe...

"Nggak tahu, ya? Katanya lulusan Aliyah..."

"Bukan nggak tahu, Sayang. Cuma sedang mengingat-ingat. Prakteknya sih tau. Tapi menjelaskan teori-nya yang agak susah. Bentar, bentar..." Zuck mengetuk-ngetukkan jari ke dengkul, berusaha mengoptimalkan otaknya mengingat ilmu-ilmu agama yang pernah dipelajarinya.

"Gayamu, Mas, Mas," ledek Linn.

"Aku ingat!" Seru Zuck menghadap istrinya.

"Apa?"

"Itu karena idghom bilagunnah. Iya idghom bilagunnah. Idghom bilagunnah itu ada dua huruf, 'lam' dan 'ro'. Dua huruf tersebut akan menghilangkan bunyi huruf 'n' jika bertemu nun mati, atau semua huruf yang dibaca 'an', 'in', 'un' tanwin," jelas Zuck penuh percaya diri.

"Beneran gitu?" kata Linn dengan tatapan takjub dan sedikit tidak percaya.

"Iya. Contohnya di lafadz adzan tadi, di kalimah syahadat juga. Bunyi huruf 'nun' melebur menjadi huruf 'lam'. Peraturan Idghom bilagunnah adalah 1 harokat pada saat peleburan..."

Linn mesem. "Pinter ya?"

"Ganteng juga...

Linn memencengin bibir. "Jadi pengen muntah-muntah gini sih, Mas? Padahal belum hamil...

"Hahaha... Dasar!" Zuck mendekap geram Linn.

Linn meronta. "Jangan kenceng-kenceng gini kenapa sih meluknya. Istrinya kamu jadi ga bisa napas nih. Uff...

"Tapi aku berharap, hubungan kita bisa seperti idghom bilagunnah itu, Sayang," bisik Zuck kemudian, perlahan-lahan dan penuh perasaan.

"Maksudnya apa, Mas?" Linn memandang ga ngerti.

Zuck balas memandang Linn. "Idghom Bilagunnah itu selamanya cuma ada lam dan ro'. Begitupun hubungan kita selamanya, cuma aku dan kamu...

"Aduh, Mas..." rintih Linn, mendusel-dusel di dada Zuck.

"Udah ah. Ga usah lebay. Kita magriban dulu ya?"

"Tapi kan baru wilayah Jakarta, untuk wilayah rumah tangga Zuck Linn belum?"

"Ya kita siap-siap dulu, Sayang. Sholat itu lebih keren kalo dikerjakan tepat waktu," Zuck berdiri. Siap-siap ke kamar mandi untuk berwudhu.

Linn merentangkan tangan. "Gendong...

"Ya Allah. Manja banget sih?" Zuck geleng-geleng.

Linn bales menggeleng-geleng. "Manja sama suami sendiri masa tidak boleh? Cuma minta gendong ke kamar mandi ini, bukan minta gendong kemana-mana kayak mbah Surip. Pelit banget..."

"Yaudah, yaudah. Dasar kamu..." Zuck akhirnya ngalah walau rada-rada jengkel.

"Muahaha..." Linn ngakak melihat tampang suaminya yang merengut ikhlas ga ikhlas.

Sampai di kamar mandi, Linn berwudhu duluan. Kemudia menengadahkan tangan membaca doa selesai berwudhu. Zuck hanya memandangi penuh kagum dan bangga. Wajah istrinya, ketika basah air wudhu begitu, kecantikannya meningkat 15%. Subhanallah. Juga jadi terlihat lebih muda 10 detik.

"Bangga punya istri kamu, Sayang," goda Zuck sambil meraba wajah Linn.

"Hah! Kan Linn jadi batal lagi? Sengaja nih pasti. Aaa... Mas jahat!" Linn ngamuk-ngamuk manja. Kakinya menghentak-hentak jalan di tempat gak beraturan.

"Duh, iya, iya. Maap, Sayang, maap. Cepetan wudhu lagi gih."

"Enggak! Mas aja yang wudhu duluan..."

"Enggak mau. Pasti kamunya nanti mau bales dendam batalin aku kan? Iya kan? Hahaha. Kebaca...

"Iih... Dasar Masnya mau menang sendiri. Dasar! Dasar!" Linn mencripati Zuck dengan air bertubi-tubi.

Zuck ga terima. Sambil tertawa ia bales mencripati Linn. Akhirnya mereka saling ciprat-cipratan ga penting hingga pakaian keduanya basah. Dan terlanjur basah, yasudah mandi bareng sekalian.

Dan setelah mandi dengan durasi yang tidak wajar, adzan magrib mulai bersahut-sahutan dari masjid-masjid di sekitar kediaman mereka. Linn segera mengenakan mukenanya. Zuck menggelar sajadah, satu untuk dirinya, satu istrinya. Lalu tersenyum memandang Linn yang telah lengkap berbusana sholat.

Linn tersipu. "Udah ah, Mas. Ntar ndak khusuk lho kita sholatnya?"

Zuck mengucap istighfar dalam hati.


Masjid Agung An-nur Pekanbaru, Riau

******

Notes:

Bagi yang menganggap bahwa bersentuhan kulit antara suami dan istri itu tidak membatalkan wudhu nggak usah ngeributin cerita ini. Sebab banyak muslim-muslim lain, mengganggap bersentuhan kulit suami istri itu membatalkan wudhu. Terima kasih. ^^

Serial Komedi Zuck dan Linn Selengkapnya Dari Awal Kenalan Bisa Kalian Baca DI SINI!

1 komentar untuk "Pada Sebuah Maghrib"