Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sebuah Catatan Galau


Aku yang menurutmu perhatian, menyenangkan, punya banyak waktu, tapi kalau di hatimu bukan siapa-siapa apa hebatnya?

Dan dia, meski menurutmu kurang perhatian, membosankan, hampir tak punya waktu, tapi kalau di hatimu adalah segala-galanya, berarti dialah juaranya.

Sebuah Catatan Galau

Jika kamu mobil maka aku ini tak ubahnya bengkel. Kamu menemuiku hanya ketika ingin memperbaiki kondisimu yang jengkel. Di saat kecewa kamu kepadaku membawa urai air mata. Dan entah kenapa aku justru bangga, kemudian berusaha sebisaku sehinga matamu kembali berbinar, sampai senyummu kupastikan kembali melebar.

Sementara dia?! Dia seperti garasi, tempatmu kembali mengistirahatkan diri dari malam hingga pagi. Kepadaku, seberapapun lamanya kamu mampir, aku sadar itu hanya parkir, bukan sebuah pemberhentian terakhir.

Untuk bibirmu, aku berupaya segala cara agar selalu tersungging senyuman di sana, iya sebatas itu tugasku. Sementara untuk mengecupnya, aku tak punya hak apa-apa, itu tugas dia.

Iya, selalu begitu. Kamu datang kepadaku membawa kecewa karenanya, lalu kembali kepadanya membawa bahagia karenaku. Selalu begitu, terus terulang, sudah tak terbilang.

Kamu bodoh, terus bertahan dengan dia yang tak perhatian. Masih memilih dia yang katamu membosankan! Atau...? Atau sebenarnya aku sendirilah yang bodoh, terus menyambutmu meski ini tidak ada bedanya dengan pelarian?!

Aku bingung aku ini mengalah, atau sebenarnya memang kalah? Tapi terserahlah! Memikirkannya saja aku sudah sangat lelah. Kujalani saja meskipun mungkin ini salah. 

Jujur setiap melihatnya memandangimu yang cantik, dalam diam yang geram aku kerap berdoa licik, semoga dia lebih sering memperlakukanmu tidak baik. Agar kamu lebih sering kecewa. Agar aku dan kamu lebih sering bersama.

1 komentar untuk "Sebuah Catatan Galau"